Novel Petualangan (Adelia & Adelio) – Menceritakan tentang seorang wanita elok nan berjulukan Adelia Krasniqi nan cantik, cerdas, seksi & adik nya berjulukan Adelio Berisha nan tetap kelas 2 SMU. Kita hanya tinggal berdua, lantaran kedua orang tua kami tinggal di kota nan berbeda.
Khusus Dewasa18+
Cerita ini hanya fiktif belaka murni hasil dari pengembangan fantasy semata tanpa ada kemauan untuk melecehkan dan alias merendahakan suku, ras, dan agama, diharapkan kebijakan dan kedewasaan pembaca, segala sesuatu nan terjadi kemudian diluar tanggung jawab penulis.
“Kak, saya pergi sekolah dulu yah”
“Iyaaa… belajar nan bener, jangan macam-macam di sekolah Anda dek!”
“Nggak kok… mending macam-macam di rumah sama kakak, hehe”
“Hah? Apaan sih kamu?”
“Bercanda kok kak”
“Dasar…” Diapun mendaratkan ciumannya di keningku, seperti nan biasa dia lakukan ketika saya pamit ke sekolah.
Ugh, sungguh senangnya tiap pagi selalu mendapatkan ciuman darinya, ciuman dari kakakku nan elok dan seksi ini, tapi…
“Hehe.. Dado pamit juga ya kak..” Ujar temanku berjulukan Dado nan menungguku dari tadi.
Dia ikut mendekati kakakku dengan wajah sok polos & cengengesan seperti mau juga mendapatkan kecup manis dari kakakku.
“Kenapa Do? Kamu mau kakak cium juga?” Tanya kakakku seakan bisa menebak apa nan dipikirkan temanku itu.
“Hehe… Iya kak… boleh?” pinta Dado.
“Hihihi… duh Anda ini, Kakak tanyain Adelio dulu yah… Dek lihat tuh, temanmu mau dicium sama kakak juga tuh… Boleh nggak dek dia juga dapat ciuman dari kakak?” tanya kakakku meminta pendapatku.
“Ya nggak lah kak!” Tolak ku, gila aja jika si jelek ini juga dapat ciuman dari kakakku.
“Tuh dengar, gak dibolehin sama Adelio, hihihi. Udah sana kalian, buruan berangkat”
“Iya iya… Buruan Do!” Suruhku menyeret Dado.
lama-lama di sini ntar si Dado beneran bakal dapat ciuman dari kakakku lagi, tak rela aku! saya aun segera menyalakan motorku dan berangkat ke sekolah.
“Daagh kak Adeliaa…”
“Daagh kak Adeliaa cantik.. hehe..” pamit Dado juga ikut-ikutan. Kupret nih anak!
•••
Namaku Adelio Berisha. Aku tetap kelas 2 SMU. Di rumah ini saya hanya tinggal berdua berbareng kakakku. Ya, hanya berdua saja lantaran kedua orang tua kami tinggal di kota nan berbeda dengan kami.
Papaku nan bekerja di luar kota membikin Mama juga jadi kudu mendampingi nya di sana. Tapi bagiku tak masalah, lantaran selama ini saya ditemani oleh kakakku, Kak Adelia.
Kak Adelia saat ini sedang kuliah di salah satu PTS ternama di kota kami dan baru saja menjalani tahun pertamanya. Sungguh hari-hari nan ku lalui sangat menyenangkan lantaran kakakku sangat memperhatikan diriku.
Seperti memasakkan makanan untukku sehari-hari, sampai mengingatkan bakal busana kotorku nan semestinya dicuci. Tapi lantaran kakakku juga mempunyai kesibukan kuliah, saya memilih untuk mencuci pakaianku sendiri.
Walau terkadang justru dia nan mau mencucikan pakaianku. Memang kakakku ini sangat baik. Hal itulah nan membuatku semakin suka bermanja-manja pada kakakku ini.
Kak Adelia sehari-hari dikenal baik, ramah dan sopan di lingkungan perumahan kami. Dia tidak pernah pilih-pilih kawan dalam bergaul. Walaupun kak Adelia sudah mempunyai pacar, tapi tetap saja banyak laki-laki nan nekat untuk mendekatinya.
Bahkan termasuk teman-temanku nan suka main kerumah dengan argumen bikin PR lah, main PS lah. Siapa juga sih nan tidak tertarik dengan wanita seperti kak Adelia. Sudah cantik, sopan, ramah pula. Aku saja sampai tertarik padanya meskipun saya adalah adik kandungnya.
Sehari-hari, Kak Adelia selalu berpakaian tertutup komplit dengan jilbab jika keluar rumah alias saat sedang menerima tamu. Tapi ketika sedang di rumah saat hanya berdua denganku, kak Adelia sering sekali berpakaian seadanya.
Siapapun pasti memaklumi jika berpakaian seadanya saat berada di rumah tanpa ada orang lain nan melihatnya selain aku. Tapi nan kak Adelia kenakan justru lebih dari sekedar seadanya. Bahkan bisa dibilang sangat seadanya, busana nan sangat minim!
Karena hanya ada saya di rumah ini, maka akulah nan beruntung bisa memandang pemandangan bagus ini setiap hari. Walaupun kadang kadang teman-temanku juga kebagian rezeki dapat memandang penampilan kakakku berpakaian minim.
Seperti saat mengantarkan saya ke depan pintu tadi, kakakku ini hanya mengenakan tank top putih ketat berbelahan rendah dengan bawahan celana pendek berwarna pink.
Sungguh setelan nan mempertontonkan aurat-auratnya! Kulitnya nan putih mulus, lekukan tubuhnya nan indah, rambut hitam sebahunya nan digerai, serta semua bagian tubuhnya nan biasa dia tutupi jika keluar rumah itupun tersaji unik untukku, adek laki-lakinya.
Aku juga bisa pastikan jika kak Adelia tidak mengenakan apa-apa lagi dibaliknya lantaran saya bisa dengan jelas memandang tonjolan mungil pada bagian dadanya. Gimana saya nggak horni coba? Meskipun saya adiknya, tapi saya kan laki-laki biasa. Sialnya temanku tadi juga beruntung bisa melihatnya.
Tapi kak Adelia sepertinya cuek-cuek saja dan tidak peduli jika dirinya selalu menjadi tontonan bagiku sehari-hari. Kak Adelia seperti sudah biasa membiarkan dirinya dan langkah berpakaiannya itu dipelototi bulat-bulat olehku.
Malah sesekali kak Adelia melempar senyum manisnya ketika tahu saya sedang memperhatikannya. Ugh, sungguh bikin gregetan! Mana dianya juga tak jarang mondar-mandir di depanku seperti seakan sengaja menggodaku. Gimana saya tidak pusing dibuatnya!
Semakin lama saya malah berpikir jika kak Adelia sepertinya suka sekali jika saya memperhatikan dirinya. Terutama ketika kak Adelia hanya berpakaian seadanya di rumah, dia betul-betul memamerkan kecantikannya itu padaku.
Berbeda dengan kesehariannya di luar, jika di rumah kak Adelia sering menggodaku seolah-olah dia seperti wanita nakal. Dan namanya laki-laki, saya pun sering merasa tak tahan dengan pemandangan nan selalu kak Adelia suguhkan setiap hari buatku.
Kak Adelia cantik, putih, bening, dan seksi, dan nakal, akhirnya menciptakan khayalan nan tidak-tidak di dalam kepalaku dan berujung pada aktivitas rutin harian, ialah urut-mengurut otong ku sembari membayangkan kak Alay nan nakal.
Tentunya saya beronani membayangkan kakakku secara diam-diam, tapi akhirnya perbuatan saya itu ketahuan juga olehnya. Kejadiannya baru seminggu nan lalu…
“Adeeeeeek!” teriaknya kencang di depan bilik mandi waktu itu.
“Apaan sih kak? Berisik amat”
“Kamu onani?? Tuh pejumu belepotan di lantai bilik mandi! Cepat bersihin!”
“I..iya..” Aku malu ketahuan lenyap onani.
“Emang Anda udah bisa keluarin peju yah dek?” ujarnya menggodaku.
“Ya bisa dong kak… saya kan udah gede, hehe..”
“Iya.. makin gede tapi juga makin mesum Anda nya…”
“Habisnya kakak sih… ups!” sial, saya keceplosan.
“Hah? Jangan bilang jika Anda onani sembari menghayal kakak!? Ayo jawab!”
“Eh.. i..itu…” Aku tergagap.
Masak saya mengakui padanya jika saya membayangkan kakakku sendiri sebagai objek onani sih, Tapi dia nan memandang saya tergagap malah tertawa terbahak. Dia tidak marah!
“Dasar kamu… sama kakak sendiri nafsu… sana sigap bersihin pejuh mu!” Ujarnya lampau pergi membiarkanku sendiri membersihkan ceceran spermaku di lantai bilik mandi.
Setelah kejadian itu, kakakku ini malah semakin menjadi-jadi menggodaku. Bahkan dia mengizinkan saya untuk membayangkan nya jika saya beronani.
Malah beberapa hari nan lampau saya beronani di depannya, di depan kakakku sendiri sampai ejakulasi dan pejuh ku berceceran mengotori lantai bilik mandi. Waktu itu saya lagi-lagi kedapatan olehnya sedang onani, dia tidak sengaja masuk ke bilik mandi.
“Kamu sih dek… kakak kira gak ada orang… eh rupanya malah asik onani”
“I..iya kak… maaf”
“Bayangin siapa Anda nya? Bayangin kakak lagi?”
“Iya kak.. hehe”
“Dasar porno! Ya udah, lanjutin gih sana” Ujarnya kemudian mau pergi, tapi ku tahan.
“kakak di sini aja dong”
“Hah? Ngapain?”
“Temani aku…” pintaku nekat, saya pasrah jika dia bakal memarahiku, tapi siapa tahu jika dia malah setuju.
“Apaan sih dek… Dasar… ya udah, kali ini aja yah…”
Ternyata dia memang setuju! Sungguh beruntung saya punya kakak seperti dia. Udah cantik, baik, pengertian sama adiknya lagi, hehe. Aku pun lanjut beronani, namun kali ini ada kakakku di depanku.
Mengocok penisku dengan memandang kakakku secara langsung! Mana dianya senyum-senyum terus kepadaku, mana tahan coba? Akhirnya spermaku pun muncrat-muncrat dengan derasnya di depannya.
“Udah kan dek? Udah lega? Udah lenyap kan pusingnya?”
“I..iya kak.. makasih”
“Jangan lupa bersihin tuh peju mu…”
“I..iya..”
Tapi rupanya tidak sekali itu saja saya beronani di depannya, kemarin dan dua hari nan lampau juga demikian. Tapi hanya sampai disitu saja, kak Adelia tetap selalu mengingatkanku bahwa kami adalah kerabat kandung kakak beradik.Memang saya sadar bahwa sangat tidak layak saya meminta perihal ini padanya. Tapi nafsuku pada kakakku sendiri mengalahkan segala-galanya.
•••
kini, siang sepulang sekolah saya langsung menuju rumah tanpa mampir-mampir kemana lagi. Apalagi jika bukan untuk berduaan dengan kak Adelia, bermanja-manjaan dengan kakakku nan elok ini.
“Kak Adeliaa..” panggilku memandang kak Adelia sedari tadi mondar-mandir.
“Apa deek?”
Mendengar kak Adelia menjawab sembari tersenyum manis, sepertinya dia tahu jika saya sedang memperhatikannya dari tadi.
“Ngapain sih kak dari tadi mondar-mandir? Pusing tau kak liatnya”
“Ooh, adek lagi pusing beneran? Atau pusing banget dek?” teguranku malah dijadikan candaan oleh kak Adelia.
“Anu kak.. Hehe.. lagi pusing banget..” jawabku cengengesan, entah kak Adelia tahu maksudku alias tidak.
“Hihi.. Anda tuh ya dek.. ga bisa apa bentar aja ga pusing.. masa tiap hari bilangnya pusing melulu..” kak Adelia duduk di sebelahku dan memberi jarak agak jauh.
“Abisnya, kak Adelia juga sih.. tanggung jawab ya kalo saya sakit gara-gara pusing melulu..” candaku menakut-nakuti kak Adelia, sekali lagi entah kak Adelia mengerti maksudku alias tidak.
“Yee.. adek nan pusing kok kakak nan disalahin? Umm, adek belum makan kalii.. Tuh kak Adelia udah masakin ikan goreng kesukaan adek”
“Aku pusing bukan lantaran laper kak..” jawabku sok bersungut meski sebenarnya saya memang lapar betulan, hanya saja ada nan jauh lebih lapar di banding perutku.
“Umm.. Adek pasti pusing lantaran belum dapet-dapet pacar yah? Hihi.. kasian banget sih Anda dek.. di rumah melulu sih..” kak Adelia mencari jawaban nan saya sekarang malah dijadikan bahan candaan oleh kak Adelia. Tapi senyum dan tawa ringan kak Adelia membuatku bertambah pusing.
“Iya nih kak.. kenapa ya kok saya sukanya di rumah aja berdua sama kak Adelia,? Hehe..” jawabku cengengesan sembari duduk merapat mendekati kakakku berambisi kakakku tidak makin menjauh.
“Iya nih dek.. kakak juga sama. Kok sukanya di rumah aja yah sama adek berdua-duaan? Hihi..” Sambil menjawab dengan tawa renyahnya.
Kak Adelia menggeser duduknya nan malah semakin mendekat ke arahku dengan tubuhnya nan dicondongkan kedepan.
Wajah kami pun tampak berdekatan. Aku suka kaget sendiri kalo kak Adelia menggodaku tiba-tiba seperti ini.
“Serius kak?” tanyaku kembali seperti tak percaya bakal jawaban kak Adelia.
“Iya lho.. coba deh bayangin dek kalo ngga ada kakak.. Adek makan ga ada nan masakin.. baju kotor ga ganti-ganti.. sekolah kalo ga diingetin suka bolos, pake argumen nemenin kakak lah.. ga kebayang tuh dek, seminggu aja adek jadi kayak gembel.. Hihi..”
“Kak Adelia!” dengan sebal dan gemas saya memajukan tubuhku sembari merentangkan tangan memeluk kakakku nan sukanya menggodaku.
“Adek! Aduuh.. Geli dek! Lepasin doonk! Hihi.. kakak belum selesai ngomong nih..” kak Adelia meronta dari pelukanku nan jamahan tanganku bergerilya sampai kemana-mana. Tapi seperti biasa, jika kak Adelia seperti mau-mau saja ku perlakukan seperti ini.
Lalu lantaran saya penasaran bakal lanjutan kak Adelia, saya pun menghentikan aktivitas gerilya, meski saya tetap tetap memeluk kak Adelia nan sekarang posisiku jadi memeluk dari belakang lantaran rontaa nya barusan.
“Kalau adek lagi kambuh pusingnya, siapa nan ngobatin? Hmm?” tanyaku kak Adelia seolah menunjukkan sungguh tergantung nya diriku padanya.
“Hehe.. kak Adelia donk, kan cuman kak Adelia nan pinter ngobatin..” jawabku mesum.
“Kamu tuh ya dek.. bisa-bisanya kakak sendiri di cabul, tiap hari lagi sana gih cari pacar.” Ucapnya dengan style mengusir menepis nipis pelukanku nan makin erat.
Semakin erat pelukanku, semakin menempel tubuhku termasuk otong ku nan sudah mulai mengeras merapat pada tubuh belakang kak Adelia.
“Ga mau ah! Maunya sama kak Adelia aja, udah baik, cantik, seksi lagi.. Uugh..”
Pelukku sembari mengangkat kakiku mengapit paha kak Adelia dari belakang agar tak mudah lepas dari pelukanku, membikin otong ku semakin menggesek pada pinggul belakang kak Adelia.
“Aduh adeek.. kok kakaknya dijepit begini sih? Kan kakak jadi ga bisa bergerak..” jawab kak Adelia dengan nada manja.
“Uugh.. kak Adelia..” mendengarnya menjawab dengan nada manja gemulai tak berkekuatan seperti itu malah justru membuatku semakin panas dingin.
“Dek..”
“Iya kak?”
“Udah?”
“Apanya ya kak?” jawabku pura-pura tak tahu.
“Itu tuuh nan dibelakang kakak.. ngeganjel tau deek” kak Adelia rupanya sadar saya mulai melakukan aktivitas menggesek di pinggul belakangnya.
“Yaah, kak Adelia.. sekali ini doonk.. yah? Lagian kan ga nempel langsung kok kak.. tapi kalo boleh nempel langsung Adelio seneng banget loh kak..Hehe.. yah kak? Pleasee..” pintaku memohon.
“Uumm.. boleh gak yaah?” kak Adelia menggodaku seperti biasa dengan style centil pura-pura berpikir.
“Sekaliii aja kak.. Boleh yah?” saya memohon dengan wajah memelas sembari tetap terus menggesek pelan pada pinggul kak Adelia nan semakin lama mendekat ke bagian bongkahan bokongnya.
“Kamu tuh yaa, kalo dikasih hati langsung minta jantung sama kakak..”
“Hehe.. iya kak Adelia, jantung kakak disini yah?” lanjut ku bertanya kembali sembari usil memegang dada kak Adelia.
“Adeeeeek! Tanganmu! Lepasiin.. ugh… geli… Adeek!”
Aku nan usil terus melancarkan serangan ku pada kak Adelia malah semakin heran memandang dia nan bukannya marah, tapi malah kegelian. Tentu saja saya semakin berani dibuatnya, saya pun meneruskan aktifitas tanganku di buah dadanya sembari menekan & mempercepat goyangan pinggulku pada bagian pantat kakakku ini, dan kak Adelia tetap saja hanya tak bersuara menerima perlakuan cabul dariku!
“Kak Adelia.. maaf yah.. saya gak tahan ngeliat kakak kayak gini tiap hari..” sembari saya terus memeluk dan menggoyangkan pinggulku.
“…”
“Ngeliat kak Adelia nan cantik, putih, harum, seksi.. Uugh.. kak Adelia sih, godain saya terus!” saya makin mempercepat aktivitas pinggulku, tapi kak Adelia hanya tak bersuara saja.
“…”
“Kak?” panggilku lantaran kak Adelia hanya tak bersuara saja dari tadi.
“…”
“Kak.. Kakak marah ya?”
aku mulai penasaran, apakah kak Adelia marah padaku lantaran saya semakin kurang ajar padanya! Aku mulai agak mengendurkan goyanganku.
“Bawel ah! Kamu mau nerusin alias mau udahan? Kalo udahan, kak Adelia bangun nih ya?” tiba-tiba kak Adelia buka suara.
Aku terkejut lantaran rupanya kak Adelia betul-betul tidak sedang marah, malah seperti menantang ku untuk meneruskan kegiatanku.
“Eh! Ja..jangan kak.. Aku mau terusin kok.. Aku kira tadi kakak marah, hehe..”
“Nggak marah kok. Emangnya pernah kakak marah sama kamu?”
“Uumm.. ga pernah sih.. makanya saya sayang banget ama kak Adelia, saya cinta banget sama kakakku nan seksi ini, hehe..”
“Huuu… dasar! Tapi ingat ya deek.. jangan sampai nyelip!”
“Kalo dikit aja kak?” saya mencoba peruntunganku dengan menawar, tidak ada salahnya, siapa tahu dia mau.
“Nggak! Inget ya dek… kita tuh kerabat kandung, kakak adik.. jadi jangan yah adek..” Ah, dia tidak mau. Aku tak bisa memaksanya lebih jauh lagi.
“Iya deh kak..” jawabku agak separuh bersungut.
“Adeek…” kak Adelia menoleh kebelakang untuk melihatku, dari nadanya dia seperti sedang baik-baik ini saya nan sedang bersungut meski saya tetap terus menggoyangkan pinggulku.
Tentu saja saya semakin berani dibuatnya, saya pun meneruskan aktifitas tanganku di buah dadanya sembari menekan & mempercepat goyangan pinggulku pada bagian pantat kakakku ini, dan kak Adelia tetap saja hanya tak bersuara menerima perlakuan cabul dariku!
“Kak Adelia.. maaf yah.. saya gak tahan ngeliat kakak kayak gini tiap hari..” sembari saya terus memeluk dan menggoyangkan pinggulku.
“…”
“Ngeliat kak Adelia nan cantik, putih, harum, seksi.. Uugh.. kak Adelia sih, godain saya terus!” saya makin mempercepat aktivitas pinggulku, tapi kak Adelia hanya tak bersuara saja.
“…”
“Kak?” panggilku lantaran kak Adelia hanya tak bersuara saja dari tadi.
“…”
“Kak.. Kakak marah ya?”
aku mulai penasaran, apakah kak Adelia marah padaku lantaran saya semakin kurang ajar padanya! Aku mulai agak mengendurkan goyanganku.
“Bawel ah! Kamu mau nerusin alias mau udahan? Kalo udahan, kak Adelia bangun nih ya?” tiba-tiba kak Adelia buka suara.
Aku terkejut lantaran rupanya kak Adelia betul-betul tidak sedang marah, malah seperti menantang ku untuk meneruskan kegiatanku.
“Eh! Ja..jangan kak.. Aku mau terusin kok.. Aku kira tadi kakak marah, hehe..”
“Nggak marah kok. Emangnya pernah kakak marah sama kamu?”
“Uumm.. ga pernah sih.. makanya saya sayang banget ama kak Adelia, saya cinta banget sama kakakku nan seksi ini, hehe..”
“Huuu… dasar! Tapi ingat ya deek.. jangan sampai nyelip!”
“Kalo dikit aja kak?” saya mencoba peruntunganku dengan menawar, tidak ada salahnya, siapa tahu dia mau.
“Nggak! Inget ya dek… kita tuh kerabat kandung, kakak adik.. jadi jangan yah adek..” Ah, dia tidak mau. Aku tak bisa memaksanya lebih jauh lagi.
“Iya deh kak..” jawabku agak separuh bersungut.
“Adeek…” kak Adelia menoleh kebelakang untuk melihatku, dari nadanya dia seperti sedang baik-baikin saya nan sedang bersungut meski saya tetap terus menggoyangkan pinggulku.
Tiba-tiba kak Adelia melepaskan pelukanku, beranjak posisi tapi tetap di bangku sofa tempat kami duduk berdua. Kak Adelia dengan bergaya merangkak di atas sofa, bergerak maju menuju tepian tangan sofa menjauhiku.
Aku tetap tak mengerti apa nan kak Adelia lakukan, tapi memandang goyangan pinggul dan pantatnya seakan kak Adelia memang niat menggodaku untuk menerkamnya dari belakang. Kak Adelia kemudian menoleh ke arahku mengintip dari kembali pundaknya.
“Adeek.. sini deh.. jika gesekin pake style doggy, adek mau nggak?” kak Adelia dengan postur tubuh menungging membelakangi ku bertanya lirih dan manja sembari menggigit bibir bawahnya. Tubuhku langsung panas dingin! Tentu saja saya mau!
“Uugghh! Kak Adelia!” teriakku sembari menerkam dan menubruknya dari belakang.
“Hihihi… pelan-pelan! Hmm… dek, keluarin aja burungnya, kasian kelak malah bengkok ke tekuk di dalam celanamu” suruh kak Adelia sembari senyum-senyum. Haduh… tawaran apalagi ini? Tentu saja tidak ku tolak, segera ku bebaskan penisku dari celanaku.
“Kak.. saya selipin ke dalam celana kak Adelia yah? Janji deh saya ga bakal masukin..”
“Uumm.. Iyah.. tapi bener yah dek, jangan dimasukin..”
“Ouughh, kak Adelia nan elok dan baik.. nih kak..”
Aku menyelipkan penisku ke dalam celana kak Adelia melalui lubang kaki celana pink nya itu. Seperti nan kuduga, kak Adelia tidak mengenakan celana dalam! Sambil ku arahkan dan ku tempelkan otong ku pada bagian pantat kak Adelia, tanganku memegang pinggang kak Adelia. Kini posisiku mirip orang nan sedang menyetubuhi kak Adelia dari belakang dengan style doggy.
“Ngghh.. deekk…. Sshhh… dasar Anda nakal” rintih kak Adelia, mendengar bunyi rintihannya itu membuatku semakin larut dalam khayalan nan seolah-olah saya seperti sedang berasosiasi badan dengan kakak kandungku sendiri.
“Ugh… kak Adelia.”
“Adeek.. kalo orang liat kita, pasti dikira Anda lagi ngapa-ngapain kakak…” kata kak Adelia nan mulai memancing-mancing dengan omongan panasnya.
Walau kami tetap memakai busana lengkap, tetap saja pemandangan sebagai kakak adik nan sedang melakukan perbuatan cabul ini menumbuhkan sensasi nan membikin panas dingin bagi nan melihatnya.
“Kalo orang liat kak Adelia sama saya lagi begini.. pasti mereka juga pengen kak..” imbuhku sembari terus menggesek otongku di sela-sela pantat dan kain celananya.
“Hihi.. iyah dek, kepengen ngentotin kak Adelia juga yah merekanya? Samaan kayak adek..”
Mendengar kak Adelia mengucapkan kata-kata kotor begitu malah membikin otakku semakin ngeres, membayangkan kak Adelia betul benar disetubuhi oleh orang asing akibat memandang tingkah laku kami.
Bahkan lebih dari satu orang, saling berebut untuk mengentoti kakakku nan elok dan seksi ini. Kak Adelia betul-betul nakal, membayangkan dirinya disentuh orang lain selain saya ataupun pacarnya.
Kak Adelia nan berkulit putih, ditindih dan digagahi mereka nan berkulit gelap. Membayangkan kak Adelia nan tak berkekuatan berupaya melayani penis-penis mereka membuatku semakin horni. Entah kenapa semakin saya membayangkan apa nan dialami kak Adelia semakin sigap pulalah irama goyangan pinggulku, penisku juga menekan semakin kuat ke bagian pantat kak Adelia.
“Uugh.. kak Adelia..”
“Hihi.. Anda ngebayangin apa sih dek? Ngebayangin kak Adelia di entotin orang lain yah dek?”
“Kak Adelia bandel nih.. Uughh.. Kak Adelia..” Aku mulai meracau tak jelas dan gesekanku semakin cepat.
“Adeek.. suka berfantasi kakak di cabulin orang lain yah dek? Emang jika beneran terjadi Anda pengen lihat?” Suara kak Adelia makin kemari makin lirih dan menggoda.
“Kak Adelia nakal! Adek udah mau keluar.. kaak!”
“Terus deek.. entotin kakak dek.. teruss..” kak Adelia terus menggoda ku.
Akhirnya saya muncrat dan menekan otongku kuat-kuat ke bagian pantatnya nan montok dan putih itu dibalik celana pinknya hingga basah oleh pejuhku. Setelah membuang semua pejuhku ke pantat kak Adelia, saya ambruk di punggungnya sembari sesekali meremas remas susu kakakku.
“Udah dek? Udah lenyap kan pusingnya?” kak Adelia bertanya setelah membantuku melampiaskan perihal nan tak tertahankan.
Kakakku betul-betul nakal. Selalu membawaku mengkhayalkan nan tidak-tidak tentangnya.
“Hehe.. udah belum yah kaak?” candaku mengikuti style kak Adelia.
“Ooh.. jadi adek mau lagii?”
“Iyah kak.. mau.. mau..” jawabku bersemangat. Aku lampau memandang kak Adelia bangkit dari duduknya, sedang saya dengan setia menanti apa nan bakal diperbuat oleh kakakku nan seksi ini.
“Lihat deek.. jangan ngedip yah..” kak Adelia dengan style bandel seperti seorang striptease perlahan-lahan memelorotkan celana pendek pinknya.
Aku memandang dengan tertegun. Kak Adelia memelorotkan celananya nan tidak memakai dalaman apa-apa lagi di baliknya. Bagian bawah tubuhnya pun terpampang bebas di hadapanku, adik laki-lakinya.
Aku nan baru saja memuncratkan pejuhku pada kakakku mendadak penisku bisa mengeras kembali. Aku bisa memandang dengan jelas bulu-bulu lembut nan tumbuh di atas memek kakakku nan tembam.
Memang tidak sekali saya pernah memandang memek kakakku sendiri entah di saat sengaja alias tidak. Tapi disuguhi seperti ini saya merasakan sensasi nan sangat berbeda. Kakakku sendiri sedang menggodaku, dan..
“Nih, pejuhin lagi celana kakak! Sekalian cuciin ya.. aroma tuh pejuh adek, hihi..” kak Adelia melemparkan celana jejak kupejuin tadi ke mukaku.
“Iih! Kakak! Main lempar ke muka aja!” Teriakku kesal.
Dia hanya tertawa, lampau berlenggang dengan santainya keluyuran di dalam rumah dengan kondisi seperti itu tanpa memakai bawahan sama sekali, hanya memakai tank top saja.
Sungguh pemandangan nan membikin penisku kembali ngaceng maksimal. Untung saja hanya saya nan melihatnya, tak dapat ku bayangkan jika ada orang lain nan memandang kondisi kakakku seperti sekarang ini.
Untuk seorang kak Adelia nan dikenal sopan, ramah, baik dan selalu memakai jilbab jika di luar rumah, tentunya bakal menjadi perihal nan sangat berlawanan dengan apa nan sedang dilakukannya sekarang.
“Permisii! Sedekahnya Paak.. Buu..!” tiba-tiba terdengar teriakan orang peminta sumbangan di luar rumah kami.
“Adek! Ada nan minta sumbangan tuh..”
“Iya, saya juga denger kali kak..” dari nan kudengar sepertinya seorang bapak-bapak tua nan berdiri di luar pagar rumah kami.
“Sana gih kasih sumbangan ke Bapak itu dek..” kak Adelia menyuruhku keluar untuk memberi sumbangan.
Melihat kondisi kak Adelia nan hanya memakai tanktop putih dan tak memakai bawahan apa-apa, serta saya nan tetap memegang celana pendek kak Adelia, tiba-tiba terbesit pikiran usil untuk kakakku.
“Gak ah! Kak Adelia ajah nan kasi sumbangan, hehe..” tanganku usil ke kak Adelia.
Aku sungguh penasaran jika memang kak Adelia mau menerima tantanganku untuk memberi sumbangan ke Bapak itu tanpa mengenakan bawahan apa-apa. Walau dibatasi oleh pagar nan tingginya sebatas dadaku kak Adelia, tetap saja membayangkan kakakku nan cerah dan putih itu menemui bapak peminta sumbangan itu membikin darahku berdesir dan tubuhku panas dingin.
“Hmm? Gak pake celana kayak gini dek? Huhu.. Adek pengen liat yah kakak hanya pake ginian nemuin bapak itu diluar?” tanyanya dengan lirikan menggoda.
“Adeek.. liat kakak yah.. kakak penuhi lagi khayalan adek.. hihi..” seraya kak Adelia membuka pintu depan sembari berekpresi imut dengan mengedipkan sebelah mata dan menggembungkan pipi satunya.
Aku hanya bisa memegang otongku nan mulai mengeras memandang tubuh seksi kak Adelia dengan aurat nan terbuka bebas pada bagian bawahnya. Kak Adelia nan selalu berpakaian tertutup dan memakai kerudung, sekarang bakal menemui orang asing dengan memek dan paha terpampang kemana-mana. Ugh, kak Adelia betul-betul nakal!
Bersambung…